Cerita Maksiat Sedarah Air Susu DIbalas Dengan Air Mani Bagian 3

Cerita Maksiat Sedarah Air Susu DIbalas Dengan Air Mani Bagian 3 - Sudah tiga hari ini “ritual” aku menyusu dengan ibuku terganggu. Itu karena abangku datang dan menginap dirumah. Namanya Badar.

Hubunganku dengan abangku ini memang tidak terlalu akrab. Dari dulu dia selalu kasar padaku. Ditambah lagi dengan badannya yang tinggi besar, aku pasti selalu kalah jika berkelahi dengannya.


Cerita Maksiat Sedarah Air Susu DIbalas Dengan Air Mani Bagian 3

 Setelah menikah, badannya jadi semakin gemuk dengan perut yang juga buncit sepertiku. Dia jadi makin mirip algojo saja dimataku.


Cerita Maksiat Sedarah Air Susu DIbalas Dengan Air Mani Bagian 3


Dia bilang sedang bertengkar dengan istrinya dan malas untuk kembali kerumah. Karena ada abangku ini, ibu melarangku untuk tidur bersamanya. Dan aku harus tidur bersama dengan abangku beralaskan kasur tipis di kamarku dulu. Tapi ya yang namanya sudah kebiasaan, aku tetap memaksakan untuk curi-curi waktu agar bisa menyusu.


Kadang aku menyusu saat abangku keluar rumah, saat abangku sedang mandi atau saat ibu mengantar bekal makan siang ke ladang. Karena diburu waktu, biasanya ibuku jadi mengocok atau mengoral penisku dengan cepat agar aku segera keluar. Jadi terasa kurang nikmat.


“Mak… Ah.. Pelan pelan mak ngocokkinnya…”. Ucapku sambil menahan ngilu dipenisku karena Ibuku mengocok dengan tangannya terlalu keras.

“Buruan kamu keluarinnya sun.. Abangmu ntar keburu selesai mandinya.”
“Cruuut…Cruttt…” Akhirnya air maniku berceceran dilantai kamar.

“Udah sun.. Kamu buruan ke ladang sana. Nanti keburu siang, panas.” Ucap ibuku sambil mengelap ceceran air maniku dengan kain pel.

“Ah.. mak.. Basun masih pengen nih.. Nanggung.”
“Hussh.. Nanti ketahuan abangmu kita.”

“Ah abang Badar emang bikin susah aja. Kapan sih mak abang pulang kerumahnya?”
“Gak tau sun. Kayaknya dia masih berantem sama bininya.”

“Udah mak, suruh bang Badar baikan aja sama istrinya. Biar cepet pulang. Biar kita bisa kayak dulu lagi mak.” Ucapku sambil meremas-remas payudara ibuku yang terbungkus daster.


“Iya sun.. Ntar mak bilangin.”

“Ya udah mak. Basun ke ladang dulu ya.” Ucapku sambil memakai baju dan celana dan lanjut pergi ke ladang.


Karena cuaca sedang sangat panas, baru bekerja sebentar saja, aku langsung beristirahat di gubuk tempat biasa aku berteduh. Kulepaskan semua baju dan celanaku yang penuh keringat.


Tiba-tiba nafsuku naik lagi, teringat biasanya aku dan ibuku suka saling memuaskan nafsu disini. Ya karena ladang kami ini agak jauh dari pemukiman, jadi kami sering memacu birahi disini.

Biasanya hanya sebatas aku menyusu atau ibu yang menguruti batang penisku saja lalu kami akan melanjutkannya dirumah. Tapi sudah beberapa hari ini kami tidak melakukannya hingga membuat nafsuku menjadi semakin menjadi-jadi.


Tanpa sadar aku sudah menurunkan celana kolorku dan mengocok batang penisku sendiri. Kubayangkan saat saat ibuku mengulum penisku dengan mulutnya. Dan akhirnya setelah beberapa menit, kupercepat kocokan tanganku dan meledaklah lahar panasku.

Tapi entah kenapa rasanya meski sudah ejakulasi, terasa masih ada yang kurang. Nafsuku masih saja tinggi. Karena badan ku sudah lemas, kuputuskan saja untuk langsung pulang kerumah. Toh cuaca juga sedang sangat panas untuk berladang, ibu pasti maklum.


Saat sampai didepan ruma, kulihat pintunya ditutup. Ah mungkin ibu dan abangku sedang pergi keluar rumah. Baguslah aku memang ingin segera tidur jadi tidak ada yang mengganggu.

Aku mengambil kunci serap yang biasa ibu tinggalkan dibawah pot bunga. Tapi saat aku coba untuk membukanya, ternyata pintu tidak dikunci. Kudorong perlahan pintu tersebut dan masuk ke dalam rumah.


Yang terasa janggal. Kudengar ada suara berisik-berisik dari kamar ibuku. Aku langsung menggengam erat parang yang aku bawa, takut-takut kalau ternyata ada pencuri yang masuk.

Aku berjalan perlahan-lahan mendekati arah kamar ibuku. Tapi semakin dekat, sepertinya suara itu sangat familiar. Aku berdiri dibalik kamar ibuku.


Rumah kami dindingnya terbuat dari anyaman bilik bambu. Kebetulan ada celah yang cukup untuk mengintip kedalam kamar ibuku. Saat aku melihat melalui celah bilik bambu tersebut, aku hampir saja ingin berteriak. Pemandangan yang kulihat membuat mataku terbelalak.


Disana aku lihat Ibu dan abangku sedang bersama diatas ranjang. Ibuku hanya memakai kain yang dia lilitkan diperut sampai sebatas pahanya. Mempertontonkan buah dadanya yang sudah kendor dan menggantung-gantung itu.

Posisi ibuku sedang duduk bersimpuh diperut abangku yang sedang berbaring dan tidak memakai pakaian sama sekali. Tubuh abangku yang memang tinggi besar itu seperti tidak keberatan menahan berat badan ibuku diperutnya.


Tubuh abangku yang kulitnya agak hitam dan dadanya yang penuh bulu terlihat sangat berkeringat. Terlebih batang zakarnya yang ukurannya terbilang besar sudah ereksi sangat tegak diantara kedua pahanya yang posisinya dipunggungi oleh ibuku.

Ibuku menurunkan badannya hingga payudaranya tepat berada diatas wajah abangku yang dengan cepat langsung melahapnya dengan puas. Abang badar terlihat sangat bernafsu menyedot-nyedot susu yang keluar dari dada ibuku itu.

“Bangsat Bang Badar.. Dia sering mengejek aku bayi besar karena masih netek sama emak. Ternyata dia juga.” Gumamku dalam hati.


Sebenernya aku ingin masuk lalu melabrak mereka berdua. Aku sangat marah ternyata ibu juga menyusui abangku. Tapi aku tidak berani bergerak dari tempatku. Selain karena takut berkelahi dengan abangku, toh akupun juga menyusu pada ibuku, bahkan sekarang sudah lebih dari itu.

Akhirnya aku putuskan untuk melanjutkan melihat perbuatan mereka dari tempat mengintipku sekarang.

Bang badar terus melahap payudara ibu dengan nikmatnya. Ibuku terlihat juga sangat menikmatinya, itu kulihat dari matanya yang sesekali terpejam dan suaranya yang merintih.

“Ah.. Dar.. Pelan-pelan neteknya..”

“Haaah… Iya mak.” Ucap bang Badar lalu langsung melanjutkan menyedot puting payudara ibu yang coklat kehitaman itu.

Bang Badar lalu memeluk tubuh ibu dan menggulingkannya hingga posisi mereka kini berbaring saling menyamping. Suara derit besi penyangga ranjang terdengar sangat keras saat badan ibu dijatuhkan ke kasur.


“Mak.. mau dikocokin pake tetek emak dong.” Ucap bang badar.
“Ya udah sini.

Bang badar lalu mengambil posisi duduk diatas tubuh ibu. Penisnya yang besar dan panjang itu dia arahkan ke celah diantara kedua payudara ibu. Penis yang warnanya kehitaman tersebut terlihat sangat tegang sampai aku dari jauhpun bisa melihat urat-uratnya yang menonjol.


Ibuku lalu menjepit penis itu dengan kedua payudaranya lalu melakukan gerakan mengocoki penis itu. Abangku lalu meludahi penisnya yang sedang dijepit dada ibuku beberapa kali hingga dada ibuku terlihat licin dan basah.

“Clot..cloot.. Cloot..” Terdengar suara penis abangku yang dikocok oleh dada ibuku.
“Enak dar?”

“Ughhh.. Enak banget mak.. Bini badar gak pernah mau kalo badar suruh begini.”
“Ya udah.. kan kamu bisa dapet dari emak sekarang.”

Aku hanya bisa terbengong-bengong melihatnya. Antara marah tetapi juga birahiku naik. Aku belum pernah melakukan hal yang seperti itu dengan ibuku.

Tiba-tiba badan bang badar bergetar-getar.

“Croot..croot..”


Sambil mendesah, dia mengeluarkan air maninya dijepitan dada ibuku. Dia lalu mengangkat penisnya dan menumpahkan sisa air maninya diwajah ibuku. Ibuku memejamkan matanya lalu mengelap air mani yang jatuh diwajahnya.

“Uh kamu dar.. Nakal deh.. Pejunya dikeluarin di muka emak.”
“Hehehe.. Tapi suka kan mak. Jilatin dong mak, kan sayang Badar udah keluarin.”

Ibuku lalu menjilat air mani yang ada dijari-jarinya lalu menelannya. Ya Tuhan.. Aku mual melihatnya, tapi juga iri karena biasanya ibu tak pernah menelan spermaku seperti itu.

Bang badar lalu menjatuhkan badannya disamping ibu. Sepertinya dia sudah lemas. Tetapi tangan ibuku tetap mengocok-ngocok penis bang badar yang sudah mulai mengecil itu.


“Kayaknya burung kamu perlu emak urutin lagi deh dar. Biar makin gede.” Ucap ibuku.

“Iya nih mak. Udah lama gak diurutin sama emak. Eh Basun udah pernah diurutin juga mak?” Tanya bang Badar.

“Udah.. Udah lumayan nambah gede burungnya si Basun.”
“Udah pernah beginian juga sama emak?”

“Cuma emak kocokin sama spong aja.”
“Ah enak banget ya mak Basun dapet mulu dari emak. Badar jadi iri.”
 
“Huuush.. Gak boleh gitu sama adik kamu. Dulu kan kamu juga udah sering emak gituin. Sampe ini burung bisa segede ini. Sekarang kan kamu juga udah punya bini.”


Dari percakapan itu aku baru tahu ternyata ibu juga melakukan hal sama terhadap aku dan Bang badar. Entah kenapa aku tidak menyadarinya dulu.

“Kalau punya Badar sama Basun gedean mana mak awalnya?” Tanya bang Badar

“Gedean punya kamu dikit. Punya kamu mirip deh gedenya sama punya bapak kamu. Kalo punya basun mungkin perlu lamaan lagi ngurutnya.”

Sambil mereka mengobrol, tangan ibu tidak berhenti memainkan penis bang badar. Kocokan tangan ibuku kembali membuat penis bang badar mulai ereksi.

“Kamu kenapa sih pergi dari rumah dar?”

“Abis kesel mak. Bini badar gak pernah mau kalo diajak begituan. Alasannya lagi capek lah. Lagi mens lah. Badar kan jadi kesel.”

Cerita Maksiat Sedarah Air Susu DIbalas Dengan Air Mani Bagian 3


“Hussh.. Kamu ini hal begitu aja sampe berantem. Bini kamu kan kerja, wajarlah kalau dia capek. Makanya kamu ajaknya baik-baik.”


“Ya tapi Badar kan butuh begituan mak. Masa tiap malem badar coli-in burung sendiri, padahal udah punya bini.”

“Ya makanya kamu juga jangan keseringan minta jatahnya. Bini kamu butuh istirahat. Emang kamu udah berapa lama gak dikasih jatah?”

“Udah 2 minggu mak.”

“Huh dasar kamu… Baru juga dua minggu udah kayak orang kesetanan. Ya udah sini emak keluarin yang banyak.” Ucap ibuku sambil terus mengocok penis bang badar.

“Mak… Bosen mak dikocokin mulu.. Badar boleh gak masukin ke punya emak. Udah pengen banget nih..”

“Hust kamu! Kan dari dulu emak udah bilang gak boleh mikir mau kayak gitu. Ini emakmu loh dar. Masa kamu mau entot juga. Kayak binatang aja.”

“Tapi kan mak… Badar udah pernah ngisepin memek emak, netek sama emak, tanggung mak..”

“Dar… Emak tau emak salah. Emak dosa udah beginian sama kalian. Tapi emak gak mau makin dosa lagi. Emak awalnya cuma pengen biar burung kalian tuh pada gede, biar bisa muasin istri kalian nanti. ”

“Emang emang gak pengen apah mak? Kan udah lama bapak gak pulang.”

“Ya nafsu sih ada dar. Apalagi liat burung kamu sama Basun terus. Tapi emang gak mau kalo sampe begituan sama kalian. Mending yang lain aja ya dar. Yang penting peju kamu keluar.”

Bang badar hanya terdiam.

“Emak sayang sama kalian. Emak pengen bikin kalian seneng. Tapi tolong ya dar, jangan pernah mikir mau begituan sama emak.” Lanjut ibuku sambil mengusap lembut wajah bang Badar.
 
“I..iya deh mak. Maapin Badar ya mak..”

“Gapapa dar.. Emak maklum. Apalagi kamu udah kawin, udah tau enaknya begituan. Pasti pengen terus kan.”

“Iya mak.. Emak tau aja.”

“Ya udah sekarang mau diapain nih si otong. Udah keras lagi nih.” Ucap ibuku sambil meremas penis bang Badar.

“Digesek-gesekin pake pantat emak aja deh mak. Tapi Badar sambil tiduran, emak yang duduk.”
“Ya udah.. emak ambil minyak goreng dulu ya. Biar licin” Lalu ibu bangun dan berjalan ke luar kamar.


Aku langsung bersembunyi dibalik pintu kamarku yang berada disisi lain kamar ibu. Saat ibu sudah kembali kekamarnya. Aku kembali ke tempat pengintipan semula. Ibu lalu menurunkan kain yang melilitnya perutnya.

Kain itu jatuh kelantai dan menampakan bagian kemaluan ibu yang tidak memakai celana dalam. Ibu kemudian menuangkan minyak goreng yang tadi diambilnya ke perut dan penis abangku.

Ibu kemudian naik ke perut abangku dan menduduki penis abangku hingga penisnya menyentuh perut bang badar. Ibuku kemudian melakukan gerakan maju mundur hingga penis bang Badar tergesek-gesek dengan pantat dan kemaluan ibuku.


“Aaaah.. Mak.. Enak maaak..”
“Enak kan dar..” Jawab ibuku sambil memelintir puting dada abangku.


Aku bisa melihat bibir vagina ibuku agak terbuka karena tergesek-gesek batang zakar abangku yang besar itu. Cairan pelumas pun mulai keluar dari vagina ibuku. Gerakan pantat ibu yang maju mundur diatas tubuh abangku yang berminyak itu turut membuat nafsuku naik. Tak tahan, akhirnya kuturunkan celanaku dan kukocok penisku sendiri.

Ibu lalu menurunkan badannya dan menyedot-nyedot puting abangku. Abangku dibuat merem-melek karenanya. Sambil tetap memainkan pinggulnya, ibuku menjilat, mengulum dan menggigit-gigit kecil puting didada abangku yang dipenuhi bulu itu.


Abangku lalu memegang kedua belah bongkah pantat ibuku lalu ikut memaju mundurkannya dengan cepat.Meski hanya digesek-gesek dengan batang zakar abangku, sepertinya ibuku juga merasakan kenikmatan darinya. Abang ibuku terlihat sangat mashyuk dengan persentuhan kelamin mereka. Aku pun juga jadi mempercepat kocokan penisku.

“Mak.. Badar udah mau keluar maak..” rintih abangku.
“Keluarin aja dar.. Emak juga udah mau keluar nihh..”

Crooot… Croot.. Croot… Akhirnya air mani bang Badar keluar dan muncrat diperutnya sendiri. Ibuku terus melanjutkan gesekannya.

“Mak belum keluar nih dar.. Emak lanjutin yaa..”
“Iya mak…”


Emak terus melanjutkan menggesekan vagina dan pantatnya diatas penis abangku yang sudah mulai layu itu. Abangku kemudian menggerakann tangannya meremas-remas payudara ibuku dan memelintir-melintir putingnya.

“Ah enak dar.. Enak dar..”


Abangku lalu melepaskan satu tangannya dari payudara ibuku dan meremas-remas pantat ibuku. Kemudian dia memasukan satu jarinya ke lubang anus ibuku lalu memaju-mundurkannya.

Sepertinya ibu sangat sensitif dengan rangsangan di area anusnya. Mata ibu langsung agak terpejam hingga hanya bagian putihnnya saja yang terlihat. Abangku memasukan lagi satu jarinya ke anus ibu dan mempercepat kocokannya.

“Aaaaah.. Haaaaah.. Aaaah…” Desah ibuku.


Badannya mengejang-ngejang sambil pantatnya naik turun. Badannya langsung lemas dan jatuh menimpa tubuh abangku. Ibuku memeluk tubuh abangku yang tinggi besar itu sambil masih bergetar-getar keenakan.

“Kamu hebat dar.. Emak enak banget keluarnya tadi.”
“Hehehe iya mak.. Kerasa cairan emak juga anget banget keluarnya tadi netes di perut badar.”

“Emak tidur dulu ya dar. Capek banget.”

“Eh jangan dulu dong mak. Badar masih pengen keluar sekali lagi nih. Abis tadi emak gosok-gosok terus sih..” Ucap bang badar sambil memainkan penisnya yang kembali ereksi.


Sepertinya bang Badar masih belum puas. Baguslah. Aku juga masih belum selesai mengocok-ngocok penisku. Belum sampai puncak.

“Duh tapi pinggang emak udah pegel banget ini dar.”

“Ya udah mak. Dijepit pake ketek emak aja ya sekarang.” Ucap bang badar sambil berdiri diatas ranjang dan berusaha membangunkan tubuh ibuku.


Ibuku akhinya mengambil posisi duduk bersimpuh didepan tubuh bang badar. Bang badar lalu menyelipkan penisnya di ketiak ibuku lalu memaju mundurkannya.

Ketiak ibuku yang terlihat agak hitam itu ditumbuhi bulu bulu halus tetapi tidak terlalu lebat. Posisiku dipunggungi ibuku sehingga aku bisa melihat penis bang badar yang muncul lalu tenggelam di ketiak ibu. Ibuku pun tan tinggal diam, dia meremas-remas kantong zakar abangku.


Aku yang melihatnya jadi kebawa nafsu. Kepercepat kocokan dipenisku. Saat hampir ejakulasi, kuremas ujung kepala penisku dengan telapak tanganku, dan..

“Cruut.. Cruut..


Saat air maniku keluar tidak muncrat karena tertutup telapak tanganku, hanya sedikit berceceran saja dilantai.

Abangku pun sepertinya sudah hampir sampai. Dia memajukan penisnya dengan cepat diketiak ibuku lalu..

“Crooot.. Crooot..”


Air mani abangku muncrat di kasur dan ketiak ibuku. Membuat bulu ketiak ibuku terlihat sangat lengket. Abangku lalu langsung terduduk seolah kakinya tidak mampu menopang beban tubuhnya. Sepertinya dia sangat lemas karena 3 kali ejakulasi tadi.

“Udah puas dar?”
“Udah mak.. Badar ampe lemes gini.” Ucap abangku sambil membaringkan tubuhnya

Cerita Maksiat Sedarah Air Susu DIbalas Dengan Air Mani Bagian 2


“Ya udah kita tidur dulu aja ya. Ntar siangan emak mau nganter makan siang ke ladang buat basun.” Ucap ibuku sambil ikut berbaring.


Akupun langsung menaikan celanaku dan pelan-pelan berjalan keluar rumah. Bahaya nanti jika aku tidak ada diladang, bisa ketahuan aku mengintip mereka. Perasaanku jadi campur aduk. Kesal, marah, iri tapi juga bernafsu karena melihat perbuatan ibu dan abangku tadi. Sungguh beruntung abangku.. Aku juga akan minta yang seperti itu pada ibu….


Bersambung - Cerita Maksiat Sedarah Air Susu DIbalas Dengan Air Mani Bagian 4

Related Posts

Cerita Maksiat Sedarah Air Susu DIbalas Dengan Air Mani Bagian 3
4/ 5
Oleh